Sense of Aesthetic in Kampoeng Wisata Cinangneng

Dalam praktikum Mata Kuliah Estetika Lingkungan (ARL 512) pada Selasa, 12 Maret 2013, kami melakukan kunjungan lapang ke Kampoeng Wisata Cinangneng (KWC) di Kabupaten Bogor. Di sana kami diajak mengunjungi objek-objek wisata yang ditawarkan pihak pengelola, baik yang bersifat alami maupun buatan (budaya). Selain menikmati keindahan alam bernuansa perdesaan yang memanjakan mata, kami juga mempelajari kebiasaan dan kebudayaan khas Tatar Sunda. Perjalanan ini dikemas dalam program "Pulang Kampung".

Dalam praktikum ini, kami diminta mencermati setiap sense yang terkandung dalam setiap objek yang dikunjungi. Program wisata “Pulang Kampung” diawali dengan menyanyikan lagu-lagu daerah menggunakan alat musik angklung. Kegiatan ini mengasah kemampuan seni sekaligus indera pengunjung, yaitu pendengaran (bunyi alat musik angklung) dan penglihatan (memerhatikan setiap notasi angka yang ditunjuk oleh tourguide). Selain itu, kegiatan ini menambah pengetahuan peserta akan kekayaan budaya seni Sunda.

Perjalanan wisata diteruskan dengan mengelilingi perkampungan penduduk yang terletak di belakang KW Cinangneng. Di perjalanan, kami melewati sungai Cinangneng yang masih bersih. Dari atas jembatan terlihat pemandangan dengan komposisi yang menarik, yaitu sungai berbatu, sawah, dan hamparan rumput. Pemandangan asri tersebut dapat melatih sense penglihatan pengunjung.



Selain melihat kondisi alam perdesaan, pengunjung diajari cara bermain musik tradisional Sunda, yaitu Degung/ Gamelan. Permainan musik ini memerlukan konsentrasi dan kerjasama tim yang tinggi agar dapat menghasilkan irama yang bagus. Selain bermain gamelan Sunda, kami mencoba menari Jaipong. Jaipong merupakan salah satu tarian khas Sunda paling populer. Tarian yang dimainkan dengan iringan musik Degung/Gamelan. Tarian ini memerlukan keluwesan tubuh agar gerakan yang dihasilkan tampak gemulai. Selain melatih gerakan motorik, tarian ini juga memerlukan konsentrasi dan kerja sama antarpenari.





Kegiatan lain yang dilaksanakan di KWC adalah menghias caping, yaitu topi khas petani yang terbuat dari anyaman bambu. Kegiatan ini melatih kemampuan seni pengunjung, terutama dalam melukis dan berimajinasi.



Selain mencermati sense yang dilakukan secara manual berdasarkan inderawi, tugas kedua yaitu mencermati konsep keindahan menurut konsep Berlyne yang berbasis eksploratif. Menurut konsep ini, basis keindahan terbagi menjadi dua, yaitu eksploratif diversif dan eksploratif spesifik. Keindahan berbasis eksploratif diversif adalah keindahan yang dirasakan/dilihat secara spontan dan menyeluruh terhadap suatu bidang pandang/lanskap. Sementara itu, keindahan berbasis eksploratif diversif adalah keindahan yang dirasakan/dilihat secara spesifik terhadap suatu objek tertentu dalam lanskap yang paling menarik perhatian. Sebagai contoh, pada lanskap sawah di bawah ini, secara diversif, lanskap sawah dan kolam memberi kesan alami serta menciptakan perpaduan yang menarik untuk dinikmati. Secara spesifik, keberadaan kerbau yang sedang merumput di tengah sawah menjadi atraksi tersendiri bagi yang melihatnya.




Pada tugas ketiga, kami diminta untuk mencermati konsep keindahan menurut konsep Kaplan. Pada konsep ini, keindahan diperoleh berdasarkan preferensi manusia yang terdiri dari 6 aspek, yaitu: keteraturan, tekstur, familiaritas, keluasan ruang, kemajemukan rangsangan, dan misteri. Sebagai contoh, salah satu lokasi dengan nilai keindahan yang berasal dari familiaritas yang saya kunjungi adalah tempat penggilingan padi milik warga. Sekilas, tidak ada yang istimewa dari tempat ini, selain tumpukan karung gabah dan alat-alat pengiling padi. Namun, tempat ini mengingatkan saya pada masa kecil saya, yaitu pada saat saya tinggal di rumah kakek dan nenek saya yang memiliki penggilingan padi. Saya sering membantu dan bermain di sana bersama teman-teman. sayangnya, penggilingan padi tersebut kini sudah tidak ada lagi.




Secara umum objek-objek wisata di KWC memiliki keunikan dan karakteristik khas perdesaan. Program yang ditawarkan tidak hanya objek wisata alam, tetapi juga objek wisata budaya dan kesenian khas Sunda. Pengunjung yang mengikuti program wisata KWC dapat merasakan sense yang dimiliki objek tersebut sehingga interpretasinya dapat ditangkap dengan baik oleh indera pengunjung. Dengan menggunakan konsep Kaplan maupun Berlyne, keindahan objek-objek wisata KWC dapat dirasakan melalui tampilan struktur visual maupun non-visual sesuai dengan pengalaman dan sebjektivitas masing-masing pengunjung.

***









Cinangneng
Selasa, 12 Maret 2013
MK Estetika Lanskap (ARL 512)

Komentar

  1. Halo Kak Novianti Lufilah. Saya Annisa, mahasiswa IPB S1 yang sedang melakukan penelitian di Kampoeng Cinangneng. Saya lihat di blognya, sudah pernah dtg ke Kampoeng Wisata Cinangneng. Apakah kakak berkenan untuk menjadi responden penelitian saya mengenai media promosi Kampoeng Wisata Cinangneng? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Annisa, tentu.. silakan japri sy via fb/ e-mail: noviantilufilah@yahoo.com :)

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ^_^

Postingan populer dari blog ini

Mars SD Insan Kamil

#25 Facts about IPB

A Moment to Remember